BAB
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pemasakan pada buah di pengaruhi oleh
adanya etilen dalam buah. Etilen merupakan senyawa hidrokarbon yang tidak jenuh
dan berbentuk gas pada suhu kamar, Kerusakan produk buah-buahan dapat
disebabkan oleh tingginya laju respirasi dan suhu penyimpanan serta penanganan
pasca panen yang kurang baik. Selama penyimpanan, hasil pertanian masih
melakukan respirasi yakni proses penguraian zat pati atau gula dengan mengambil
oksigen dan menghasilkan karbondioksida, air serta energi (Fransiska et al, 2013).
Fisiologi buah bergantung pada
penanganan prapanen, yaitu umur, waktu, dan cara panen. Bila penanganan
prapanen dilakukan dengan tepat akan mendapatkan mutu buah yang optimal
sehingga buah dapat bertahan lama dalam penyimpanan. Penentuan umur panen pada
setiap buah berbeda-beda karena varietas dan agroklimat (Silalahi et al, 2011).
Etilen adalah hormon tumbuh yang
secara umum berlainan dengan auksin, giberellin dan sitokinin. Keadaan normal,
etilen akan berbentuk gas dan struktur kimianya sangat sederhana sekali hormon
ini akan berperan dalam proses pematangan buah dalam fase klimaterik (Dasuki,
2012).
Respirasi adalah suatu proses
biologis, yaitu oksigen diserap untuk digunakan pada proses pembakaran
(oksidatif) yang menghasilkan energi diikuti oleh pengeluaran sisa pembakaran
berupa gas karbondioksida dan air. Substrat yang paling banyak diperlukan
tanaman untuk proses respirasi dalam jaringan tanaman adalah karbohidrat dan
asam-asam organik bila dibandingkan dengan lemak dan protein (Paramita, 2012).
Tingkat respirasi pada buah dan
sayuran dapat diukur dengan beberapa cara yaitu
menentukan jumlah subtrat (gula) yang hilang, menentukan jumlah gas oksigen yang digunakan, menentukan gas karbondioksida yang
dikeluarkan dan menentukan jumlah energi (ATP) yang dihasilkan. Laju respirasi
pada komoditi panenan merupakan petunjuk aktivitas metabolisme jaringan
(Nurjanah, 2010).
1.2 Tujuan
Tujuan dari praktikum ini untuk
mengetahui pengaruh tingkat kematangan buah terhadap respirasi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Respirasi
adalah suatu proses yang melibatkan terjadinya penyerapan oksigen dan
pengeluaran karbondioksida serta energi yang digunakan untuk mempertahankan
reaksi metabolisme dan reaksi lainnya yang terjadi di dalam jaringan. Beberapa
faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi dapat dikelompokkan menjadi dua
yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal antara lain
temperatur, komposisi udara dan adanya kerusakan mekanik, Ketiga faktor ini
merupakan faktor penting yang dapat mempercepat laju respirasi. Sedangkan
faktor internal antara lain jenis komoditi (klimaterik atau non-klimaterik) dan
kematangan, akan menentukan pola respirasi yang spesifik untuk setiap jenis
buah-buahan dan sayuran (Nurjanah, 2010).
Produk
dengan laju respirasi tinggi cenderung cepat mengalami kerusakan. Percepatan
respirasi ini juga dipengaruhi oleh keberadaan etilen. Etilen adalah senyawa
organik sederhana yang berfungsi sebagai hormon pertumbuhan, perkembangan dan
kelayuan. Proses transport gas-gas dalam tumbuhan secara keseluruhan
berlangsung secara difusi. Oksigen yang digunakan dalam respirasi masuk ke
dalam setiap sel tumbuhan dengan jalan difusi melalui ruang antar sel, dinding
sel, sitoplasma dan membran sel. Setelah mengambil oksigen dari udara, oksigen
kemudian digunakan dalam proses respirasi dengan beberapa tahapan, diantaranya
yaitu glikolisis, dekarboksilasi oksidatif, siklus asam sitrat, dan transpor
elektron (Winarno, 2013).
Mangga
atau mempelam adalah nama sejenis buah, demikian pula nama pohonnya. Mangga
termasuk ke dalam marga Mangifera, yang terdiri dari 35-40 anggota dan suku
Anacardiaceae. Mangga bisa mencapai tinggi 10–40 m. Mangga merupakan salah satu
buah tropis unggulan yang digemari oleh masyarakat di dunia. The Best
Loved-Tropical, mendampingi popularitas durian sebagai King of Fruit
(Oktavianto, 2015).
Buah mangga (Mangifera indica L.)
merupakan salah satu buah tropis yang berpotensi untuk dikembangkan karena
memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Buah mangga mempunyai komposisi kimia
yang terdiri dari air, karbohidrat, dan berbagai macam asam, protein, lemak,
mineral, zat warna, tannin, vitamin serta zat zta yang mudah menguap dan berbau
harum. Komponen yang paling banyak ialah air
dan karbohidrat.Rasa asam pada buah mangga kemungkinan disebabkan oleh
adanya asama malat dan asam sitrat. Buah mangga
digolongkan dalam buah klimaterik, dimana akan terjadi perubahan pola respirasi
yang mendadak bersamaan saat pemasakan dengan disertai perubahan warna,
tekstur, dan cita rasa yang menyolok menuju ke arah buah dapat dikonsumsi,
sehingga pemanenan buahmangga tidak perlu menunggu buah masak di pohon
karena nantinya menjadi masak karenaadanya sintesa pigmen, enzim dan
material lainnya pada buah (Thahir et al, 2011).
Pisang adalah tanaman buah berupa
herba yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Menurut Murtadha, et al (2012) pisang mengandung tiga
jenis gula alami yakni sukrosa, fruktosa, dan glukosa. Pisang merupakan pilihan
yang tepat untuk meningkatkan energi seketika. Pisang juga mengandung serat,
yang akan membantu mempertahankan kadar glukosa dalam darah Anda, sehingga
memberikan sebuah sumber energi yang stabil selama jangka waktu yang lama.
Pisang merupakan komoditas buah yang
sangat potensial dikembangkan untuk menunjang ketahanan pangan.
Pisang
merupakan salah satu produk penting yang memiliki nilai gizi tinggi terutama vitamin
C, pati, gula dan merupakan sumber vitamin dengan harga relatif murah,
sedangkan pada produk olahan pisang akan sangat tergantung pada rasa yang
ditimbulkan, salah satu zat yang sangat mempengaruhi rasa yang dihasilkan yakni
kandungan zat pati dan gula. Pisang merupakan salah satu komoditi yang banyak
dibudidayakan oleh masyarakat Indonesia khususnya di Provinsi Lampung. Hal ini
dibuktikan dengan banyaknya lahan pekarangan kosong dan kebun yang banyak
ditanami tanaman pisang. Buah pisang termasuk buah klimaterik sehingga
mengalami kematangan sendiri. Kematangan pada pisang dapat dilihat pada
perubahan warna kulit. Bersamaan dengan perubahan warna yang terjadi maka sifat
fisikokimia juga akan mengalami perubahan baik itu mengalami penurunan maupun
kenaikan (Yassin et al, 2013).
BAB 3
METODELOGI PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen ini dilaksanakan di
Laboratorium Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya. Pada hari selasa tanggal
12
September
2017 pukul 10.00 WIB sampai
selesai.
3.2
Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada praktikum ini untuk menguji
tingkat kontaminasi udara adalah: 1) buret, 2) Erlenmeyer,
3)
gelas ukur, dan 4) toples
kaca.
Bahan yang
digunakan pada praktikum ini untuk menguji tingkat kontaminasi udara adalah: 1)
mangga,
2) larutan HCl, 3) larutan
NaOH, dan 4) pisang.
3.3 Cara Kerja
Cara kerja pada praktikum ini adalah :
1.
Buah dengan berat 150-200g disiapkan
(mangga, dan pisang).
2.
Buah dimasukkan ke dalam toples kaca
tertutup
3.
Larutan NaOH sebanyak 50mL dalam
Erlenmeyer dimasukkan ke dalam toples kaca dan dibiarkan selama 1 jam.
4.
Larutan NaOH dari toples kaca kemudian
ditetesi dengan indikator PP sebanyak 2 tetes, lalu dititrasikan dengan larutan
HCl.
5.
Percobaan dilakukan selama 3 hari berturut-turut dan hasil berupa berat
buah serta volume HCl dicatat.
BAB 4
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil
Hasil dari praktikum ini adalah sebagai
berikut.
No
|
Nama
Buah
|
Jenis
Buah
|
Pengamatan
|
Hari Ke
|
||||||||||||||
0
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
||||||||||
1
|
Pisang
|
Matang
|
Berat Buah (g)
|
99
|
99
|
98
|
97
|
96
|
96
|
95
|
94
|
93
|
||||||
mL HCL
|
5
|
8
|
6
|
4,3
|
7,2
|
4,3
|
4,0
|
3,9
|
3
|
|||||||||
Tua
|
Berat Buah (g)
|
95
|
93
|
92
|
90
|
89
|
88
|
86
|
84
|
82
|
||||||||
mL HCL
|
3,2
|
5
|
3,3
|
3,1
|
4,5
|
4,6
|
10,1
|
7,2
|
8
|
|||||||||
Muda
|
Berat Buah (g)
|
121
|
120
|
120
|
119
|
118
|
117
|
115
|
114
|
112
|
||||||||
mL HCL
|
34
|
37,8
|
31,6
|
27,8
|
7,1
|
15,2
|
11,7
|
8,5
|
13,9
|
|||||||||
2
|
Mangga
|
Matang
|
Berat Buah (g)
|
286
|
285
|
284
|
283
|
282
|
281
|
279
|
278
|
276
|
||||||
mL HCL
|
63,6
|
13
|
19,8
|
16,2
|
3,1
|
13,2
|
16,1
|
15,2
|
12,2
|
|||||||||
Tua
|
Berat Buah (g)
|
239
|
239
|
237
|
236
|
235
|
235
|
234
|
233
|
231
|
||||||||
mL HCL
|
74,6
|
35,8
|
21,5
|
37,3
|
5,2
|
13,5
|
17,9
|
7,5
|
8,1
|
|||||||||
Muda
|
Berat Buah (g)
|
292
|
292
|
290
|
289
|
288
|
287
|
286
|
285
|
282
|
||||||||
mL HCL
|
75,4
|
15,5
|
31
|
33
|
2,3
|
16,7
|
13,4
|
11,1
|
9,6
|
|||||||||
4.2
Pembahasan
Pada dasarnya
buah-buahan mempunyai sifat fisik yang berbeda. Perbedaan tingkat kematangan
juga menyebabkan perbedaan sifat fisik. Kerusakan yang terjadi pada buah yang
telah dipanen, disebabkan karena organ panenan tersebut masih melakukan proses
metabolisme dengan menggunakan cadangan makanan yang terdapat dalam buah
tersebut. Berkurangnya cadangan makanan tersebut tidak dapat digantikan karena
buah tersebut sudah terpisah dari pohonnya. Selain itu tingkat kerusakan
buah-buahan dipengaruhi oleh difusi gas ke dalam dan ke luar jaringan yang
terjadi melalui lentisel yang tersebar di permukaaan buah. Perubahan-perubahan
fisiologis selama masa penyimpanan dikarenakan adanya respirasi yang ditandai
dengan daun menguning atau layu, buah terlalu matang (bonyok), buah keriput.
Buah
yang diamati pada praktikum ini menggunakan buah klimakterik yaitu mangga dan
pisang. Buah merupakan produk holtikulura yang apabila disimpan dalam bentuk
segar akan terjadi proses respirasi. Dalam proses respirasi ini akan
terjadi perombakan gula menjadi CO2 dan air (H2O). Buah klimakterik merupakan buah yang mampu mengalami
peningkatan pola respirasi setelah pemanenan. Berdasarkan sifat klimaterik, proses klimaterik dalam
buah dapat dibagi dalam tiga tahap yaitu klimaterik menaik, puncak klimaterik,
dan klimaterik menurun. Pada buah-buahan proses respirasi yang terjadi selama
pematangan mempunyai pola yang sama yaitu menunjukkan peningkatan CO2 secara
mendadak.
Buah
yang mentah memiliki susut bobot yang lebih rendah daripada buah yang
masak. Buah pisang dan
mangga yang digunakan pada praktikum ini adalah buah yang matang, mentah, dan
tua. Tingkat kematangan buah dapat
diketahui dengan melihat warna buah secara visual yakni hijau kekuningan atau
dengan menekan daging buah mangga atau pisang. Apabila masih keras berarti buah
tersebut sudah matang. Pengukuran laju respirasi dilakukan selama lima hari, jadi selama lima hari tersebut bobot buah mangga dan
buah pisang ditimbang dan
untuk mengetahui banyaknya CO2 yang dihasilkan dilakukan menggunakan
metode titrasi. Titrasi yang dilakukan adalah titrasi
asidimetri yaitu titrasi penetralan basa (NaOH) dengan menggunakan senyawa
asam, senyawa asam yang digunakan adalah asam kuat HCl. Fungsi titrasi ini
untuk mengetahui jumlah CO2 yang terikat NaOH. NaOH berfungsi
sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida hasil dari
respirasi sampel buah mangga dan buah pisang.
Menurut Julianti (2011), Semakin
tinggi tingkat kematangan buah, maka laju respirasi akan semakin meningkat,
tetapi setelah buah mencapai kematangan optimum laju respirasi akan kembali
menurun. Pengukuran laju
respirasi pada praktikum ini jika mengacu pada literatur yang ada berarti
terdapat kesalahan sehingga mempengaruhi hasil akhir atau data yang diperoleh.
Salah satu faktor yang dapat menyebabkan error data atau kesalahan data adalah
kurangnya ketelitian dalam membaca angka dalam penimbangan bobot buah, selain
itu waktu mentitrasi NaOH yang tidak tepat waktu.
BAB 5
KESIMPULAN
Kesimpulan
praktikum ini adalah sebagai berikut.
1. Pada tingkat pematangan juga biasanya meningkatkan
jumlah gula-gula sederhana yang memberi rasa manis.
2. Peningkatan pola
respirasi terjadi apabila ditandai dengan peningkatan jumlah CO2.
3. NaOH
berfungsi sebagai larutan yang dapat berikatan dengan Karbon dioksida hasil
dari respirasi sampel buah mangga dan buah pisang.
4. Semakin
tinggi tingkat kematangan buah, maka laju respirasi akan semakin meningkat,
tetapi setelah buah mencapai kematangan optimum laju respirasi akan kembali
menurun.
5. Etilen
berperan dalam pemasakan buah dan mempengaruhi sifat kerusakan buah.
DAFTAR PUSTAKA
Dasuki.
2012. Pengaruh Derajat Ketuaan Buah Mangga terhadap Mutu Buah Matang. Jurnal
Hortikultura, 2 (4): 52-58.
Fransiska, A.,
Rofandi, Hartanto., Budianto, Lanya dan Tamrin. 2013. Karakteristik Fisiologi
Manggis (Garcinia Mangostana L.) dalam Penyimpanan Atmosfer
Termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 2 (1): 1– 6.
Julianti, E. 2011. Pengaruh Tingkat Kematangan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Mutu Buah
Terong Belanda (Cyphomandra betacea). Jurna
Pertanian. 2 (1):
14-20.
Murtadha, A., Elisa, J., Ismed, S. 2012. Pengaruh
Jenis Pemacu Pematangan
terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa paradisiacal L.). Jurnal
Rekayasa Pangan dan Pertanian. 1 (1): 47-56.
terhadap Mutu Buah Pisang Barangan (Musa paradisiacal L.). Jurnal
Rekayasa Pangan dan Pertanian. 1 (1): 47-56.
Nurjanah, S. 2010. Kajian Laju Respirasi dan
Produksi Etilen Sebagai Dasar Penentuan Waktu Simpan Sayuran dan Buah-Buahan. Junal
Bionatura, 4
(3): 148- 156.
(3): 148- 156.
Paramita,
Octavianti. 2010. Pengaruh Memar terhadap Perubahan Pola Respirasi, Produksi
Etilen dan Jaringan Buah Mangga (Mangifera Indica L) Var Gedong Gincu pada
Berbagai Suhu Penyimpanan. Jurnal Kompetensi Teknik, 2 (1): 1-10.
Silalahi, F. H.,
Hutabarat, A.
T., Marpaung., Napitupulu, B. 2011. Pengaruh
Sistem Lanjaran dan Tingkat Kematangan Buah terhadap Mutu Markisa
Asam. Jurnal Hortikultura, 17 (1): 43-51.
Thahir, Muliaty,
Badron Zakaria, Elly Ishak dan Rauf Patong. 2011. Pola Respirasi Mangga
(Mangifera Indica) Var Arumanis. Jurnal Sains & Teknologi, 5 (2):
73-84.
Winarno, F.G.
2013. Fisiologi Lepas Panen. Bogor (ID): Sustra Hudaya.
Yassin, T., Rofandi, H., Agus, H., Tamrin. 2013. Pengaruh
Komposisi Gas Terhadap Laju Respirasi Pisang Janten Pada Penyimpanan Atmosfer
Termodifikasi. Jurnal Teknik Pertanian Lampung, 2 (3): 147 – 160.
No comments:
Post a Comment
silahkan berkomentar dengan bijak dan sesai dengan topik pembahasan