I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam
yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup
sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri.
Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan
dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan
kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul
akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir
dan bertindak secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan
yang mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat begitu sulit
mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya dengan
mudahnya menghambur-hamburkan air.
Kebutuhan akan
pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air,
sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri.
Ketidak bertanggung jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti membuang
sampah ke tepian sungai sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya
timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang
mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain
sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah tercemar hingga
layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Tanaman teh pertama kali masuk ke
Indonesia tahun 1686, berupa biji the dari jepang yang dibawa oleh seorang
Belanda bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang
pendeta bernama F. Valentijn melaporkan
melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur
Jendral Champhuys di Jakarta, setelah pada tahun 1824Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia
Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan
usaha pembudidayaan dengan bibit tehdari Jepang. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun RayaBogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan
Cisurupan, Garut, Jawa Barat.Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh
Jacobus Isidorus Loudewijk LevianJacobson, seorang ahli teh pada tahun
1828, yang kemudian digunakan sebagai dasar bagi usaha perkebunan teh di Jawa dan sejak itu menjadi komoditas
yang menguntungkan pemerintah Hindia
Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh
menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam
Paksa (Culture Stelsel). Teh merupakan sumber non-migas yang mantap sebagai
sumber devisa bagi Negara maupun
sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan petani (Dinas Perkebunan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan,
1990). Tanaman teh Sebagai tanaman
perdagangan, semakin berkembang pesat, jenis tanaman teh juga berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman
ini adalah hasil dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta
pengaruh tanah dan iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda.
Hingga saat ini, seluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis teh yang
berasal dari 25 negara yang berbeda. Teh
sebagai produk perkebunan sangat disukai oleh masyarakat sebagai minuman.
Teh sangat disukai karena tidak menimbulkan efek tertentu bila diminum, bahkan dipercaya mampu memberikan daya awet
muda. Dari daun-daun teh yang dipetik
segar dilakukan pengolahan sehingga teh menjadi produk yang dapat diperdagangkan
(Nazaruddin, 1993). Saat ini sudah banyak
produk teh yang disajikan dalam bermacam-macam bentuk seperti teh kering
yang dalam kemasan (teh celup), teh instant, air teh yang dikemas yang
rasanya dapat berupa rasa teh asli dan penambahan rasa dari buah
yang banyak menarik minat dari masyarakat pada saat ini.
Kopi dibudidayakan di Yaman pada abad ke-15 dan mungkin jauh
lebih awal. Dalam upaya untuk mencegah budidaya di tempat lain, Arab menerapkan
larangan ekspor biji kopi subur (benih), suatu pembatasan yang akhirnya
ditembus pada tahun 1616 oleh Belanda, yang membawa tanaman kopi hidup kembali
ke Belanda yang akan ditanam di rumah kaca.
Kopi adalah salah satu komoditi yang dihasilkan
oleh Negara Indonesia, karena tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik di
Indonesia. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang gemar mengkonsumsi kopi,
apalagi bagimereka yang juga gemar merokok, kopi merupakan pasangannya. Hampir
dalam setiap acara kopi selalu ada. Kopi juga kadang-kadang digunakan sebagai
obat bagi balita yang terkena panas yang cukup tinggi.
Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai
ekonomis yang relatif tinggi di pasaran
dunia, di samping merupakan salah satu komoditas unggulan yang
dikembangkan di Jawa Barat. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan penanamannya
di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri
(Siswoputranto, 1978). Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan
kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika,
robusta, dan liberika (Danarti & Najiyati, 1999).
PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara
(BUMN) Dibidang agribisnis perkebunan yang pembentukannya merupakan konsolidasi
dari PTP X, PTP XXXI. Proyek pengembangan PTP XI dikabupaten Lahat dan proyek
pengembangan PTP XXIII di propinsi Bengkulu.PT.Perkebunan Nusantara VII
(Persero) didirikan berdasarka peraturan pemerintah RI No.12 tahun 1996 tanggal
14 februari 1996, wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) meliputi
3 propinsi yang terdiri dari beberapa unit usaha yaitu : 10 unit usaha propinsi
Lampung, 13 unit usaha dipropinsi sumatera selatan dan 3 unit usaha dipropinsi
Bengkulu. Pada saat ini telah terbentuk wilayah Distrik yakni: Distrik
Banyuasain, Distrik Muara Enim, Distrik Bengkulu. Luas areal TM kebun inti
PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) saat ini adalah 68.105 Ha, areal plasma
47.111 Ha dan areal kemirtaan 18.307 Ha
1.2 Tujuan
Untuk
mengetahui secara langsung proses pembuatan teh, kopi dan air mineral.
II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Teh
Teh (Camellia sinensis, L) merupakan produk perkebunan yang
memiliki arti yang sangat menunjang dari segi perekonomian Negara. Pada umumnya
tanaman teh berasal dari pegunungan antara Tibet dan Republik Rakyat Cina
(RRC) sebelah selatan, yaitu di daerah
antara 25-53 derajat lintang utara, dan antara garis katulistiwa 95-105
derajat. Hingga sekarang provinsi Szechwan merupakan salah satu daerah teh yang
terbesar di Asia Tenggara. (Spillane, 1992). Ada beberapa versi cerita
legenda tentang pertama kali ditemukannya tanaman teh. Namun yang paling
terkenal adalah legenda Khaisar Shen Nun di Cina pada tahun2737 SM. Saat melakukan sebuah perjalanan di
pinggiran kerajaan, Sang Kaisar memasak
air untuk minum seperti kebiasaannya. Kemudian ada beberapa daun yang terbang
tertiup angin dan tanpa sengaja masuk ke dalam air yang dimasak. Air pun berubah warna akibat masuknya dedaunan
tersebut. Namun setelah dicicipi
ternyata punya ciri aroma dan rasa yang khas. Maka sejak itulah dikenal minuman teh di Cina. Bahkan berkembang banyak
teknik mengolah daun dan menyeduhnya
untuk mendapatkan aroma dan cita rasa terbaik. Selama Dinasti Sung(937-1279) sajian teh adalah bentuk seni dan
hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan dan elit saja.
(Sujayanto, 2008). Di negeri Jepang tanaman teh untuk pertama kali ditanam pada
tahun 800, dimana bijinya didatangkan dari Tiongkok. Kemudian pada Abad VI
pedagang-pedagang Turki yang sudah mengadakan hubungan dengan Tiongkok, membawa
teh ke negerinya, dan pada Abad XVI, barulah hasil teh mulai dikenal orang
di Eropa, yaitu setelah pendeta- pendeta kristiani, yang datang kembali
dari Tiongkok membawanya sebagai oleh-oleh. Pada
tahun 1610 oleh pedagang bangsa Belanda hasil teh dari tiongkok mulaidiperdagangkan
di negeri Belanda dan negeri-negeri lain di Eropa dan pada Abad XVIIorang
Inggris pun mulai banyak yang mengkonsumsi teh. (Spillane, 1992).
Meskipun tiap-tiap jenis
teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk
semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1.
Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak
Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi
dan musim panas atau penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan
dilakukan dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika
biaya tenaga pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan
cara menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan
atau penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun.
Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang
rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng
gunung di mana teh sering ditanam.
2.
Pelayuan:
Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan
oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan
berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan
lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.
3.
Pememaran:
Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan
memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan
roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da
memperbaiki citarasa teh.
4.
Oksidasi:
Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup
di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil
pada daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya
dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut
fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif
ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh
mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya
penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh
dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong
oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada
teh hitam 100%.
5.
Penghilangan-warna-hijau: Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi
daun teh pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan
sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh.
Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya
teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang
diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6.
Penguningan:
Khusus untuk teh kuning,
dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah
menguning.
7.
Pembentukan:Tahap
berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik.
Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang
kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan
penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar,
ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain,
misalnya membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola
dan bentuk lain yang diharapkan.
8.
Pengeringan:
Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini
dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur,
menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang
paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun
teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9.
Pemeliharaan:
Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra,
fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya.
Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa
atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa.
2.2 Kopi
·
Jenis-jenis
Kopi dan Penyebarannya
Di antara 40 spesies dalam genus coffea,
hanya tiga yang penting sebagai komoditas, yaitu kopi arabika (coffea
arabica), kopi robusta (coffea canephora), dan kopi liberika (coffea
liberica atau coffea excelsoides).
Kopi merupakan tanaman asli Afrika
dan pulau-pulau di sekitarnya, namun telah tersebar di seluruh dunia. Saat ini,
tanaman kopi tumbuh subur di Jawa, Sumatera, Papua Nugini, Karibia,
Afrika, Arab, India, serta Amerika Tengah dan Selatan. Dua pertiga pasokan kopi
dunia berasal Amerika Latin.
·
Pengolahan
Biji Kopi
Sebelum disajikan sebagai minuman, biji kopi harus menjalani serangkaian proses
pengolahan berikut.
1. Pemanenan dan Penanganan Pascapanen
Buah kopi biasanya dipanen saat
matang sempurna dengan dipetik menggunakan tangan. Selanjutnya, buah disortir
menurut kematangan dan warnanya. Kulit dan daging buah dipisahkan, biasanya
dengan mesin, dan biji kopi difermentasikan. Setelah
fermentasi selesai, biji kopi dibilas dengan air untuk menghilangkan residu
fermentasi. Terakhir, biji kopi dikeringkan dengan cara dijemur.
2. Pemanggangan
Proses selanjutnya adalah
pemanggangan biji kopi. Proses pemanggangan mempengaruhi rasa minuman karena
akan mengubah biji kopi secara fisik maupun kimiawi. Berat biji kopi akan
menurun karena hilangnya kelembapan dan peningkatan volume. Proses pemanggangan dimulai saat
suhu di bagian dalam biji kopi mencapai sekitar 200 derarat Celcius. Selama
pemanggangan, terjadi proses karamelisasi akibat panas yang memecah pati dalam
biji, yang mengubahnya menjadi gula sederhana, kemudian berubah warna menjadi
cokelat. Sukrosa dengan cepat akan hilang selama proses pemanggangan. Selama pemanggangan, minyak-minyak
aromatik dan asam-asam akan mengubah rasa. Pada suhu 205 derajat Celcius,
jenis-jenis minyak lain mulai muncul. Salah satunya adalah caffeol yang
menentukan aroma dan rasa kopi.
3. Penyimpanan
Biji kopi yang telah dipanggang
harus disimpan dengan cara yang tepat untuk menjaga kesegaran cita rasa kopi.
Wadah tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di tempat
sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Udara, kelembapan, panas, dan cahaya
merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak cita rasa kopi.
4. Penggilingan
Sebelum bisa disajikan sebagai
minuman, biji kopi yang telah dipanggang harus digiling. Penggilingan dapat
dilakukan di tempat penggilingan (pabrik kopi), di toko, atau di rumah. Sebagian besar kopi dipanggang serta
digiling di pabrik dan dijual dalam kemasan. Meskipun demikian, biji kopi yang
telah dipanggang dapat digiling di rumah segera sebelum dibuat minuman. Meski
tidak lazim, ada juga yang memanggang biji kopi di rumah. Biji kopi yang telah digiling atau
ditumbuk disebut kopi bubuk. Minuman kopi dibuat dengan mencampurkan kopi
bubuk, gula, dan air panas atau merebusnya.
Di Indonesia, dikenal kopi tubruk,
yakni minuman kopi yang dibuat dengan cara memasukkan kopi bubuk dan gula ke
dalam gelas lalu dituangi air panas.
2.3 Air Mineral
Air
mineral biasanya bersumber dari mata air yang bersih yang bebas dari
kontaminasi. Sumber air yang digunakan adalah sumber air yang berada dilereng
suatu gunng atau terletak di daerah dataran tinggi yang masih terjaga
kebersihannya.
Air bersih
adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang
kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak
terlebih dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air
permukaan, mata air, dan air tanah. Mata air adalah tempat pemunculan sumber
air tanah yang dapat disebabkan oleh topografi, gradien hidrolik atau struktur
geologi. Sumber air yang didapat dari mata air sudah jernih dan memenuhi
persyaratan untuk menjadi air minum, tidak perlu diolah lagi sebagaimana air
tercemar (kotor), cukup diberikan gas chlor atau kaporit sebagai desinfektan
di bak penampungan, dan dapat langsung didistribusikan ke pengguna.
III.
METODOLOGI
3.1 Tempat
Praktikum pengamatan dilaksanakan di PTPN 7, pabrik
pengolahan kopi H. Endik, dan perusahaan air minum PT Ayek Besemah. Sekaligus
pengambilan nilai pengolahan lahan dengan menggunakan hand tractor di
persawahan di daerah pagaralam.
3.2 Waktu
Kunjungan
dilaksanakan pada tanggal 17-18 Mei 2014.
3.3 Cara
Kerja
·
Siapkan
alat tulis atau alat perekam pada saat melakukan kunjungan
·
Catat
atau rekam penjelasan dari narasumber mengenai alat, tata cara, sejarah dan
sebagainya yang berkenaan dengan objek yang diamati dan dijelaskan.
·
Tulis
ulang catatan kecil tersebut untuk dijadikan pedoman penulisan laporan.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Didapatkan
suatu pemahaman mengenai prosedur pembuatan kopi, teh, dan air mineral yang
baik dan benar.
4.2
Pembahasan
4.2.1 Teh
Secara garis besar teh dibagi dalam tiga kelas yaitu,
1.
teh hijau (green tea)
2.
teh hitam (black tea)
3.
teh oolong (teh setengah fermentasi).
Ketiga jenis teh di atas dapat dibuat dari daun teh yang sama tergantung
pada bagaimana
daun teh diproses. Terjadi perbedaan yang sangat besar dari proses oksidasienzimatik dari komponen tanin di dalam daun teh.
Jika enzim tersebut dibiarkan bereaksi, enzim tersebut merubah
hijau daun menjadi hitam, hal tesebut juga terjadi pada buah apel segar yang dipotong atau dikupas dapat mengakibatkan
penurunan kesegarannya. Jika enzim di dalam daun teh tersebut
dinonaktifkan oleh panas, misalnya pada proses pemutihan, sisa dari daun
teh hijau. Jika oksidasi parsial yang
terjadi dengan pemanasan yang tertunda, akan menghasilkan sebuah
intermediat teh yaitu teh Oolong. Oksidasi enzimatis dari daun the disebut fermentasi. Fermentasi daun
teh ini menghasilkan teh hitam, daun teh yang difermentasi sebagian
menghasilkan teh Oolong. Bersamaan dengan perbedaan warna berbeda
pula rasanya. (Potter, 1986)
a.
Pengolahan Teh Hitam (Black Tea)
Sebelum menjadi teh hitam yang kering daun-daun teh tersebut
telah melewati berbagaimacam proses yaitu :
1.
Proses Pemetikan. Proses ini dilakukan
dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat pemotong misalnya
ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras pun
kemungkinan besar akan ikut terpotong.
2. Proses Pelayuan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga
kandungan enzim dalam pucuk teh lebih kental. Proses ini dilakukan padatempat
pelayuan (witehring trough) berupa kotak persegi panjang beralaskan kawat
kasa. Di bawah kawat kasa ini terdapat blower penghembus udara
kearah kasa. Pucuk daun the dibeberkan di
atas witehring trough dengan ketebalan 30 cm, bagian permukaannya harus
rata agar pelayuan merata. Hembusan udara tadi dapat menerbangkan air dalam daun teh. Proses pelayuan berlangsung 7-24 jam.
Untuk mencapai kadar air yangdiinginkan maka dilakukan proes pembalikan.
Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak terbang tertiup blower .
Kemudian hamparan pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan kedalam
conveyor (semacam corong yang dihubungkan dengan alat penggiling). Lalu the
dimasukkan ke dalam tong plastik lantas
diletakkan ke ban berjalan untuk masuk keruang giling
4.2.2 PTPN VII
Perkebunan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha
dari PT. Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929
oleh perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij. Pada masa
kemerdekaan,usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah
RI. Sekarang, perkebunan
dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Tujuan pengelolaan kebun teh untuk memenuhi kebutuhan teh dalam negeri
khususnya di Pulau Sumatera dan juga untuk memenuhi pasar luar negeri terutama teh
yang memiliki mutu tinggi. Pagar Alam merupakan daerah dataran tinggi yang
sangat cocok untuk menghasilkan komoditi teh. Pagar alam merupakan dataran
yang berada diketinggian 1100 m dari atas permukaan laut.Kebun Teh Pagar
Alam yang dikenal dengan simbol Gunung Dempo adalah satu-satunya Unit Usaha di
lingkungan PT Perkebunan Nusantara VII yang mengelola Budidaya Teh yang
terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan. PT Perkebunan Nusantara VII telah
mengalami tiga kali renovasi yang mana dalam renovasi tersebut dengan struktur
dasar bangunan tetap seperti awal. Tanaman teh
ini bias dikelola menjadi dua jenis, yaitu teh hijau dan teh hitam. Teh hitam banyak digunakan sebagai obat sedangkan teh
hijau dikomsumsi sebagai minuman tanpa melupakan fungsinya sebagai obat.
4.2.3 Kopi
Definisi kopi tersebut adalah
sebagai berikut:
1. pohon
yang banyak ditanam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya
disangrai dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan campuran minuman; Coffea;
2. buah
(biji) kopi;
3. serbuk
kopi;
4. minuman
yang bahannya serbuk kopi.
Biji kopi di peroleh dari sumber botani
(tanamannya)
Coffee sp. Kopi merupakan jenis tanaman perkebunan yang digolongkan dalam
kelompok penyegar,seperti halnya pada teh, cengkeh, dan tembakau. Bahan
penyegar merupakan bahan yang banyak mengandung alkaloid kafein yang bersifat
dapat memberikan pengaruh (stimulus) bagi
yang mengkonsumsinya. Kopi merupakan bahan penyegar yang telah dikenal luas
membudaya diberbagai pelosok masyarakat dunia. Di Indonesia kopi sebagai
bahan penyegar dapat dikategorikan atas asal varietas (arabica, robusta dan
liberica) dan cara pengolahannya (diolah kering, diolah basah, dan diolah
semi basah) (Didu, 2000). Menurut Didu (2000), kopi merupakan salah satu
jenis tanaman perkebunan daerah tropis yang
dapat diolah menjadi minuman kopi. Pengolahan buah kopi menjadi biji
kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Mutu kopi yang dihasilkan dengan cara basah lebih
baik dari pada pengolahan dengan cara kering. Namun kelemahan dari pengolahan
kopi secara basah ada pada saat penghilangan
lendir buah kopi. Karena adanya lendir dapat menghambat proses
pengeringan. Biji
kopi secara alamiah mengandung lebih dari lima ratus senyawa kimia, tetapi
hanya dua senyawa yang membuat kopi memiliki aroma dan citarasa yang disukai masyarakat. Dua senyawa
tersebut adalah kafein dan kafeol. Kafein dapat mempengaruhi rangsangan metabolisme tubuh dan kafeol yang
dapat menghasilkan aroma
yang khas pada kopi (Yulistiani
dan Anisah, 2000).
Menurut Orthmer dan Orthmer (1965) dalam Yulistiani danAnisah (2000) menyatakan bahwa kafein dalan bentuk
murni merupakan kristal putih berbentuk jarum atau benang sutera yang
kusut panjang, mengkilap, berasa pahit dan beraroma wangi. Kafein zat yang
dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu, tetapi setiap orang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda terhadap kafein. Kafein memiliki pengaruh positip dan negative bagi tibuh manusia. Kafein dapat meningkatkan
sekresi asam lambung, memperbanyak produksi urin dan memperlebar pembuluh
darah serta meningkatkan kerja otot (Yupistiani dan Anisah, 2000).
4.2.4 Air Mineral
Proses Pengolahan Air Minum
Pengotor yang terdapat pada air pada umumnya terdiri dari:
a. Benda-benda besar
dan kecil yang terapung
b. Pasir dan lumpur
kasar
c. Lumpur halus
berbentuk koloid
d. Organisme
e. Mikroorganisme
patogen
f. Zat-zat kimia, dll.
Langkah-langkah pada pengolahan air secara sederhana:
i.
Proses pendahuluan
Proses pendahuluan dimaksudkan untuk mengeluarkan benda-benda
kasar dan mengendapkan lumpur kasar atau pasir pada bak pengendap pendahuluan.
ii. Proses koagulasi dan flokulasi
Proses koagulasi dimaksudkan untuk mengendapkan lumpur halus
berupa koloid dan zat-zat kimia yang terdapat pada air. Lumpur halus berupa
koloid yang bermuatan negatif akan sukar untuk mengendap meskipun dibiarkan
beberapa waktu lamanya. Cara untuk mengendapkan lumpur halus ialah secara kimia
yaitu mula-mula menetralkan muatan negatifnya dengan ion-ion yang bermuatan
positif, misalnya Al3+, Fe3+, Fe2+, dsb.
iii. Proses pengendapan
Lumpur yang telah netral (dengan cara pengocokan) dengan zat
pemberat diusahakan agar menjadi blok-blok yang besar dan mudah mengendap. Pada
peristiwa ini, zat-zat kimia yang terdapat pada air akan terendapkan juga.
iv. Proses penyaringan
Lumpur halus dan zat-zat kimia yang ada pada air setelah mengendap
selanjutnya disaring menggunakan pasir sehingga didapat air yang jernih.
v. Proses sterilisasi
Air yang jernih didesinfekter, maksudnya
untuk membasmi mikroorganisme dan bakteri-bakteri yang ada pada air agar air
itu steril. Air dibiarkan pada bak penampung kira-kira 24 jam agar sterilisasi
terjadi dengan sempurna. Selanjutnya, air didistribusikan ke konsumen
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Kesimpulan
yang didapat dari kunjungan yang telah dilakukan adalah
1. Proses pemetikan akan mempengaruhi kualitas the yang
didapatkan baik itu secara manual ataupun menggunakan alat mesin.
2.
Pemetikan teh
dengan menggunakan mesin meningkatkan efektifitas dan efisiensi namun mutu teh yang dihasilkan
menurun.
3.
Penyangraian
kopi dilakukan untuk menghasilkan aroma, warna dan rasa dari kopi.
4. Penggilingan
kopi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu menghasilkan kopi kasar, kopi agak kasar
dan kopi halus.
5. Pengemasan dilakukan agar kualitas kopi bubuk dan teh
yang dihasilkan dapat dipertahankan dan memiliki tampilan menarik dan praktis
serta memeliki nilai jual tersendiri.
6. Proses
sterilisasi diperlukan karena untuk memmbunuh bakteri yang terdapat dalam air
tersebut.
4.2
Saran
Hendaknya
praktikan dan asisten menggunakan waktu yang seoptimal mungkin agar kunjungan
ke tempat-tempat tersebut dapat sesuai dengan rencana awal dan memberikan kesan
yang semaksimal mungkin untuk ke depannya .
DAFTAR PUSTAKA
Danarti. 1989.Budidaya Kopi
dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta. Penebar Swadaya .
Departemen
Pertanian Sumatera Selatan. 1986. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.
Didu, M. S.
2001. Penentuan Waktu Panen dan Kondisi Fermentasi KopiBerdasarkan Aktifitas Enzum pada Lendir
Buah Kopi (Coffee sp). Jurnal Teknologi
dan Industri Pangan. 12(1):1-5.
Muljana, W. 1982. Bercocok
Tanam Kopi Anaka Ilmu : Semarang.
Najiyati,S,
Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan Pasca Panen. PS. SeriPertanian : Jakarta.
Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen
Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan. BPFE: Yogyakarta.
Sadjad, S. 1985. Empat Belas Tanaman
Perkebunan Untuk Agro-Industri. PN. BalaiPustaka : Jakarta
No comments:
Post a Comment
silahkan berkomentar dengan bijak dan sesai dengan topik pembahasan