Sunday, October 8, 2017

LAPORAN PRAKTIKUM PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN FIELD TRIP KE PAGARALAM

I.       PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Air merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat penting bagi kehidupan manusia, baik untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maupun untuk kepentingan lainnya seperti pertanian dan indutri. Oleh karena itu keberadaan air dalam masyarakat perlu dipelihara dan dilestarikan bagi kelangsungan kehidupan. Air tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan, tanpa air tidaklah mungkin ada kehidupan. Semua orang tahu betul akan pentingnya air sebagai sumber kehidupan. Namun, tidak semua orang berpikir dan bertindak secara bijak dalam menggunakan air dengan segala permasalahan yang mengitarinya. Malah ironisnya, suatu kelompok masyarakat begitu sulit mendapatkan air bersih, sedangkan segelintir kelompok masyarakat lainnya dengan mudahnya menghambur-hamburkan air.
Kebutuhan akan pentingnya air tidak diimbangi dengan kesadaran untuk melestarikan air, sehingga banyak sumber air yang tercemar oleh perbuatan manusia itu sendiri. Ketidak bertanggung jawaban mereka membuat air menjadi kotor, seperti membuang sampah ke tepian sungai sehingga aliran sungai menjadi mampet dan akhirnya timbul banjir jika hujan turun, membuang limbah pabrik ke sungai yang mengkibatkan air itu menjadi tercemar oleh bahan-bahan berbahaya, dan lain sebagainya. Oleh karena itu, diperlukan pengolahan air yang telah tercemar hingga layak digunakan untuk aktivitas sehari-hari.
Tanaman teh pertama kali masuk ke Indonesia tahun 1686, berupa biji the dari jepang yang dibawa oleh seorang Belanda bernama Andreas Cleyer, dan ditanam sebagai tanaman hias di Jakarta. Pada tahun 1694, seorang pendeta bernama F. Valentijn melaporkan melihat perdu teh muda berasal dari China tumbuh di Taman Istana Gubernur Jendral Champhuys di Jakarta, setelah pada tahun 1824Dr.Van Siebold seorang ahli bedah tentara Hindia Belanda yang pernah melakukan penelitian alam di Jepang mempromosikan usaha pembudidayaan dengan bibit tehdari Jepang. Pada tahun 1826 tanaman teh berhasil ditanam melengkapi Kebun RayaBogor, dan pada tahun 1827 di Kebun Percobaan Cisurupan, Garut, Jawa Barat.Usaha perkebunan teh pertama dipelopori oleh Jacobus Isidorus Loudewijk LevianJacobson, seorang ahli teh pada tahun 1828, yang kemudian digunakan sebagai dasar  bagi usaha perkebunan teh di Jawa dan sejak itu menjadi komoditas yang menguntungkan pemerintah Hindia Belanda, sehingga pada masa pemerintahan Gubernur Van Den Bosh, teh menjadi salah satu tanaman yang harus ditanam rakyat melalui politik Tanam Paksa (Culture Stelsel). Teh merupakan sumber non-migas yang mantap sebagai sumber devisa bagi Negara maupun sebagai penyedia lapangan kerja dan pendapatan petani (Dinas Perkebunan Daerah Tingkat I Sumatera Selatan, 1990). Tanaman teh Sebagai tanaman perdagangan, semakin berkembang pesat, jenis tanaman teh juga berkembang menjadi beraneka ragam. Keragaman ini adalah hasil dari penyilangan berbagai jenis tanaman teh serta pengaruh tanah dan iklim yang menghasilkan hasil panen yang berbeda. Hingga saat ini, seluruh dunia kurang lebih terdapat 1.500 jenis teh yang berasal dari 25 negara yang berbeda. Teh sebagai produk perkebunan sangat disukai oleh masyarakat sebagai minuman. Teh sangat disukai karena tidak menimbulkan efek tertentu bila diminum, bahkan dipercaya mampu memberikan daya awet muda. Dari daun-daun teh yang  dipetik segar dilakukan pengolahan sehingga teh menjadi produk yang dapat diperdagangkan (Nazaruddin, 1993). Saat ini sudah banyak produk teh yang disajikan dalam bermacam-macam bentuk seperti teh kering yang dalam kemasan (teh celup), teh instant, air teh yang dikemas yang rasanya dapat berupa rasa teh asli dan penambahan rasa dari buah yang banyak menarik minat dari masyarakat pada saat ini.
Kopi dibudidayakan di Yaman pada abad ke-15 dan mungkin jauh lebih awal. Dalam upaya untuk mencegah budidaya di tempat lain, Arab menerapkan larangan ekspor biji kopi subur (benih), suatu pembatasan yang akhirnya ditembus pada tahun 1616 oleh Belanda, yang membawa tanaman kopi hidup kembali ke Belanda yang akan ditanam di rumah kaca.
Kopi adalah salah satu komoditi yang dihasilkan oleh Negara Indonesia, karena tanaman kopi dapat tumbuh dengan baik di Indonesia. Banyak sekali masyarakat Indonesia yang gemar mengkonsumsi kopi, apalagi bagimereka yang juga gemar merokok, kopi merupakan pasangannya. Hampir dalam setiap acara kopi selalu ada. Kopi juga kadang-kadang digunakan sebagai obat bagi balita yang terkena panas yang cukup tinggi.
Tanaman kopi merupakan komoditas ekspor yang mempunyai nilai ekonomis yang relatif tinggi di pasaran dunia, di samping merupakan salah satu komoditas unggulan yang dikembangkan di Jawa Barat. Sudah hampir tiga abad kopi diusahakan  penanamannya di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi di dalam negeri dan luar negeri (Siswoputranto, 1978). Lebih dari 90% tanaman kopi diusahakan oleh rakyat. Di dunia perdagangan dikenal beberapa golongan kopi, akan tetapi yang paling sering dibudidayakan adalah kopi arabika, robusta, dan liberika (Danarti & Najiyati, 1999).
PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dibidang agribisnis perkebunan yang pembentukannya merupakan konsolidasi dari PTP X, PTP XXXI. Proyek pengembangan PTP XI dikabupaten Lahat dan proyek pengembangan PTP XXIII di propinsi Bengkulu.PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) didirikan berdasarka peraturan pemerintah RI No.12 tahun 1996 tanggal 14 februari 1996, wilayah kerja PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) meliputi 3 propinsi yang terdiri dari beberapa unit usaha yaitu : 10 unit usaha propinsi Lampung, 13 unit usaha dipropinsi sumatera selatan dan 3 unit usaha dipropinsi Bengkulu. Pada saat ini telah terbentuk wilayah Distrik yakni: Distrik Banyuasain, Distrik Muara Enim, Distrik Bengkulu. Luas areal TM kebun inti PT.Perkebunan Nusantara VII (Persero) saat ini adalah 68.105 Ha, areal plasma 47.111 Ha dan areal kemirtaan 18.307 Ha

1.2  Tujuan
Untuk mengetahui secara langsung proses pembuatan teh, kopi dan air mineral.
II.    TINJAUAN PUSTAKA
2.1  Teh
Teh (Camellia sinensis, L) merupakan produk perkebunan yang memiliki arti yang sangat menunjang dari segi perekonomian Negara. Pada umumnya tanaman teh berasal dari pegunungan antara Tibet dan Republik Rakyat Cina (RRC) sebelah selatan, yaitu di daerah antara 25-53 derajat lintang utara, dan antara garis katulistiwa 95-105 derajat. Hingga sekarang provinsi Szechwan merupakan salah satu daerah teh yang terbesar di Asia Tenggara. (Spillane, 1992). Ada beberapa versi cerita legenda tentang pertama kali ditemukannya tanaman teh. Namun yang paling terkenal adalah legenda Khaisar Shen Nun di Cina pada tahun2737 SM. Saat melakukan sebuah perjalanan di pinggiran kerajaan, Sang Kaisar memasak air untuk minum seperti kebiasaannya. Kemudian ada beberapa daun yang terbang tertiup angin dan tanpa sengaja masuk ke dalam air yang dimasak. Air pun berubah warna akibat masuknya dedaunan tersebut. Namun setelah dicicipi ternyata punya ciri aroma dan rasa yang khas. Maka sejak itulah dikenal minuman teh di Cina. Bahkan berkembang banyak teknik mengolah daun dan menyeduhnya untuk mendapatkan aroma dan cita rasa terbaik. Selama Dinasti Sung(937-1279) sajian teh adalah bentuk seni dan hanya dapat dinikmati oleh kaum bangsawan dan elit saja. (Sujayanto, 2008). Di negeri Jepang tanaman teh untuk pertama kali ditanam pada tahun 800, dimana bijinya didatangkan dari Tiongkok. Kemudian pada Abad VI pedagang-pedagang Turki yang sudah mengadakan hubungan dengan Tiongkok, membawa teh ke negerinya, dan pada Abad XVI, barulah hasil teh mulai dikenal orang di Eropa, yaitu setelah pendeta- pendeta kristiani, yang datang kembali dari Tiongkok membawanya sebagai oleh-oleh. Pada tahun 1610 oleh pedagang bangsa Belanda hasil teh dari tiongkok mulaidiperdagangkan di negeri Belanda dan negeri-negeri lain di Eropa dan pada Abad XVIIorang Inggris pun mulai banyak yang mengkonsumsi teh. (Spillane, 1992).
Meskipun tiap-tiap jenis teh memiliki rasa, aroma, dan wujud yang berbeda-beda, pengolahan teh untuk semua jenis teh memiliki sekumpulan metode yang serupa dengan sedikit variasi:
1.      Pemetikan: Daun teh, yakni satu kuntum dan dua pucuk, dipetik dari semak Camellia sinensis dua kali setahun pada permulaan musim semi dan musim panas atau penghujung musim semi. Pemetikan pada musim gugur atau musim dingin jarang dilakukan, meskipun bisa saja ketika musim memungkinkan. Pemetikan dilakukan dengan tangan ketika kualitas teh menjadi prioritas, atau ketika biaya tenaga pekerja bukan persoalan. Pemetikan dengan tangan dilakukan dengan cara menggenggam sejajar dengan hentakan pergelangan tangan dan tanpa pemilinan atau penjepitan, karena jika yang terakhir dilakukan akan menurunkan mutu daun. Pemetikan juga dapat dilakukan dengan mesin, meski akan lebih banyak daun yang rusak dan sebagian terbuang. Adalah juga sulit panen teh dengan mesin di lereng gunung di mana teh sering ditanam.
2.      Pelayuan: Dilakukan untuk menghilangkan terbuangnya air dari daun dan memungkinkan oksidasi sesedikit mungkin. Daun teh dapat dijemur atau ditiriskan di ruangan berangin lembut untuk mengurangi kelembaban. Daun kadang-kadang kehilangan lebih dari seperempat massanya akibat pelayuan.
3.      Pememaran: Untuk mengajukan dan mempercepat oksidasi, daun boleh dimemarkan dengan memberinya sedikit tumbukan pada keranjang atau dengan digelindingkan dengan roda berat. Ini juga menghasilkan sedikit jus, yang membantu oksidasi da memperbaiki citarasa teh.
4.      Oksidasi: Untuk teh yang memerlukan oksidasi, daun dibiarkan semula di ruangan tertutup di mana segera mereka menjadi lebih gelap. DI dalam tahap ini klorofil pada daun dipecah secara enzimatik, dan tanninnya dikeluarkan dan dialihbentukkan. Di industri teh, proses ini disebut fermentasi, meski sebenarnya tidak terjadi fermentasi karena proses oksidatif ini tidak membangkitkan energi (langkah ini tidak juga dipicu oleh mikroorganisme; di dalam langkah pengolahan teh lainnya--misalnya penyimpanan--mikroorganisme dapat digunakan untuk fermentasi). Penghasil teh dapat memilih ketika oksidasi harus dihentikan. Untuk teh oolong oksidasi harus terjadi 5-40%, pada teh oolong yang lebih cerah 60-70%, dan pada teh hitam 100%.
5.      Penghilangan-warna-hijau: Istilah lainnya shāqīng (殺青) dilakukan untuk menghentikan oksidasi daun teh pada jenjang yang diharapkan. Tahapan ini dipunahkan dengan pemanasan sedang, enzim oksidatif dihambat, tanpa merusak rasa teh. Tradisionalnya, daun teh digongseng atau dikukus, tetapi seiring majunya teknologi, tahapan ini dilakukan dengan pemanggangan di dalam drum yang diputar. Untuk teh hitam, tahap ini dilakukan bersama pengeringan.
6.      Penguningan: Khusus untuk teh kuning, dilanjutkan dengan pemanasan ringan di dalam kontainer mini, warna teh berubah menguning.
7.      Pembentukan:Tahap berikutnya adalah penggulungan untuk mendapatkan bentuk lajur yang ergonomik. Biasanya dilakukan dengan menempatkannya di dalam tas pakaian yang besar, yang kemudian ditekan-tekan oleh tangan atau mesin untuk membentuk lajur. Tindakan penggulungan ini juga menyebabkan beberapa pati dan jus dari dalam daun keluar, ini akan memperkaya rasa teh. Lajur teh dapat dibentuk menjadi bentuk lain, misalnya membentuk pola keriting, membentuk pelet, atau digulung serupa bola dan bentuk lain yang diharapkan.
8.      Pengeringan: Pengeringan dilakukan sebagai "tahap akhir" menjelang penjualan. Ini dapat dilakukan dengan banyak cara, misalnya dengan menggongseng, menjemur, menghembuskan udara panas, atau memanggangnya. Namun, pemanggangan adalah yang paling lazim. Pemeliharaan yang saksama mestilah dilakukan supaya pucuk daun teh tidak terlampau kering, atau bahkan hangus.
9.      Pemeliharaan: Meski tidak selalu dilakukan, beberapa teh memerlukan penyimpanan ekstra, fermentasi tahap kedua, atau pemanggangan untuk mencapai potensial minumannya. Juga, teh yang diberi perisa dipabrikasi dengan menyemprotkan aroma dan rasa atau dengan menyimpannya di lingkungan perisa.


2.2  Kopi
·         Jenis-jenis Kopi dan Penyebarannya
Di antara 40 spesies dalam genus coffea, hanya tiga yang penting sebagai komoditas, yaitu kopi arabika (coffea arabica), kopi robusta (coffea canephora), dan kopi liberika (coffea liberica atau coffea excelsoides).
Kopi merupakan tanaman asli Afrika dan pulau-pulau di sekitarnya, namun telah tersebar di seluruh dunia. Saat ini, tanaman kopi tumbuh subur di Jawa, Sumatera, Papua Nugini, Karibia, Afrika, Arab, India, serta Amerika Tengah dan Selatan. Dua pertiga pasokan kopi dunia berasal Amerika Latin.
·         Pengolahan Biji Kopi
Sebelum disajikan sebagai minuman, biji kopi harus menjalani serangkaian proses pengolahan berikut.
1.      Pemanenan dan Penanganan Pascapanen
Buah kopi biasanya dipanen saat matang sempurna dengan dipetik menggunakan tangan. Selanjutnya, buah disortir menurut kematangan dan warnanya. Kulit dan daging buah dipisahkan, biasanya dengan mesin, dan biji kopi difermentasikan. Setelah fermentasi selesai, biji kopi dibilas dengan air untuk menghilangkan residu fermentasi. Terakhir, biji kopi dikeringkan dengan cara dijemur.
2.      Pemanggangan
Proses selanjutnya adalah pemanggangan biji kopi. Proses pemanggangan mempengaruhi rasa minuman karena akan mengubah biji kopi secara fisik maupun kimiawi. Berat biji kopi akan menurun karena hilangnya kelembapan dan peningkatan volume. Proses pemanggangan dimulai saat suhu di bagian dalam biji kopi mencapai sekitar 200 derarat Celcius. Selama pemanggangan, terjadi proses karamelisasi akibat panas yang memecah pati dalam biji, yang mengubahnya menjadi gula sederhana, kemudian berubah warna menjadi cokelat. Sukrosa dengan cepat akan hilang selama proses pemanggangan. Selama pemanggangan, minyak-minyak aromatik dan asam-asam akan mengubah rasa. Pada suhu 205 derajat Celcius, jenis-jenis minyak lain mulai muncul. Salah satunya adalah caffeol yang menentukan aroma dan rasa kopi.
3.      Penyimpanan
Biji kopi yang telah dipanggang harus disimpan dengan cara yang tepat untuk menjaga kesegaran cita rasa kopi. Wadah tempat penyimpanan biji kopi harus kedap udara dan disimpan di tempat sejuk, kering, dan terlindung dari cahaya. Udara, kelembapan, panas, dan cahaya merupakan faktor-faktor lingkungan yang dapat merusak cita rasa kopi.
4.      Penggilingan
Sebelum bisa disajikan sebagai minuman, biji kopi yang telah dipanggang harus digiling. Penggilingan dapat dilakukan di tempat penggilingan (pabrik kopi), di toko, atau di rumah. Sebagian besar kopi dipanggang serta digiling di pabrik dan dijual dalam kemasan. Meskipun demikian, biji kopi yang telah dipanggang dapat digiling di rumah segera sebelum dibuat minuman. Meski tidak lazim, ada juga yang memanggang biji kopi di rumah. Biji kopi yang telah digiling atau ditumbuk disebut kopi bubuk. Minuman kopi dibuat dengan mencampurkan kopi bubuk, gula, dan air panas atau merebusnya.
Di Indonesia, dikenal kopi tubruk, yakni minuman kopi yang dibuat dengan cara memasukkan kopi bubuk dan gula ke dalam gelas lalu dituangi air panas.

2.3  Air Mineral
Air mineral biasanya bersumber dari mata air yang bersih yang bebas dari kontaminasi. Sumber air yang digunakan adalah sumber air yang berada dilereng suatu gunng atau terletak di daerah dataran tinggi yang masih terjaga kebersihannya.
Air bersih adalah air yang biasa dipergunakan untuk keperluan rumah tangga yang kualitasnya memenuhi syarat kesehatan dan apabila diminum harus dimasak terlebih dahulu. Air yang diolah untuk menjadi air bersih berasal dari air permukaan, mata air, dan air tanah. Mata air adalah tempat pemunculan sumber air tanah yang dapat disebabkan oleh topografi, gradien hidrolik atau struktur geologi. Sumber air yang didapat dari mata air sudah jernih dan memenuhi persyaratan untuk menjadi air minum, tidak perlu diolah lagi sebagaimana air tercemar (kotor), cukup diberikan gas chlor atau kaporit sebagai desinfektan di bak penampungan, dan dapat langsung didistribusikan ke pengguna.
III.    METODOLOGI
3.1  Tempat
Praktikum pengamatan dilaksanakan di PTPN 7, pabrik pengolahan kopi H. Endik, dan perusahaan air minum PT Ayek Besemah. Sekaligus pengambilan nilai pengolahan lahan dengan menggunakan hand tractor di persawahan di daerah pagaralam.
3.2  Waktu
Kunjungan dilaksanakan pada tanggal 17-18 Mei 2014.
3.3  Cara Kerja
·         Siapkan alat tulis atau alat perekam pada saat melakukan kunjungan
·         Catat atau rekam penjelasan dari narasumber mengenai alat, tata cara, sejarah dan sebagainya yang berkenaan dengan objek yang diamati dan dijelaskan.
·         Tulis ulang catatan kecil tersebut untuk dijadikan pedoman penulisan laporan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1  Hasil
Didapatkan suatu pemahaman mengenai prosedur pembuatan kopi, teh, dan air mineral yang baik dan benar.

4.2  Pembahasan
4.2.1  Teh
Secara garis besar teh dibagi dalam tiga kelas yaitu,
1. teh hijau (green tea)
2. teh hitam (black tea)
3. teh oolong (teh setengah fermentasi).
Ketiga jenis teh di atas dapat dibuat dari daun teh yang sama tergantung pada bagaimana daun teh diproses. Terjadi perbedaan yang sangat besar dari proses oksidasienzimatik dari komponen tanin di dalam daun teh. Jika enzim tersebut dibiarkan bereaksi, enzim tersebut merubah hijau daun menjadi hitam, hal tesebut juga terjadi pada buah apel segar yang dipotong atau dikupas dapat mengakibatkan penurunan kesegarannya. Jika enzim di dalam daun teh tersebut dinonaktifkan oleh panas, misalnya pada proses pemutihan, sisa dari daun teh hijau. Jika oksidasi parsial yang terjadi dengan pemanasan yang tertunda, akan menghasilkan sebuah intermediat teh yaitu teh Oolong. Oksidasi enzimatis  dari daun the disebut fermentasi. Fermentasi   daun teh ini menghasilkan teh hitam, daun teh yang difermentasi sebagian menghasilkan teh Oolong. Bersamaan dengan perbedaan warna berbeda pula rasanya. (Potter, 1986)
a. Pengolahan Teh Hitam (Black Tea)
Sebelum menjadi teh hitam yang kering daun-daun teh tersebut telah melewati berbagaimacam proses yaitu :
1. Proses Pemetikan. Proses ini dilakukan dengan tangan agar lebih selektif. Kalau dengan alat pemotong misalnya ani-ani yang digunakan untuk memanen padi, batang keras pun kemungkinan besar akan ikut terpotong.
2.  Proses Pelayuan. Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air sehingga kandungan enzim dalam pucuk teh lebih kental. Proses ini dilakukan padatempat pelayuan (witehring trough)  berupa kotak persegi panjang beralaskan kawat kasa. Di bawah kawat kasa ini terdapat blower   penghembus udara kearah kasa. Pucuk daun the dibeberkan di atas witehring trough dengan ketebalan 30 cm, bagian permukaannya harus rata agar pelayuan merata. Hembusan udara tadi dapat menerbangkan air dalam daun teh. Proses pelayuan berlangsung 7-24 jam. Untuk mencapai kadar air yangdiinginkan maka dilakukan proes pembalikan. Langkah ini juga supaya pucuk teh tidak terbang tertiup blower . Kemudian hamparan pucuk teh dibongkar untuk dimasukkan kedalam conveyor (semacam corong yang dihubungkan dengan alat penggiling). Lalu the dimasukkan ke dalam tong plastik lantas diletakkan ke ban berjalan untuk masuk keruang giling

4.2.2  PTPN VII
Perkebunan Teh Unit Usaha Pagar Alam merupakan salah satu Unit Usaha dari PT. Perkebunan nusantara VII (persero) yang didirikan pada tahun 1929 oleh perusahaan Belanda yaitu NV. Landbouw Maata Chapij. Pada masa kemerdekaan,usaha perkebunan dan perdagangan teh diambil alih oleh pemerintah RI. Sekarang, perkebunan dan perdagangan Teh juga dilakukan oleh pihak swasta. Tujuan pengelolaan kebun teh untuk memenuhi kebutuhan teh dalam negeri khususnya di Pulau Sumatera dan juga untuk memenuhi pasar luar negeri terutama teh yang memiliki mutu tinggi. Pagar Alam merupakan daerah dataran tinggi yang  sangat cocok untuk menghasilkan komoditi teh. Pagar alam merupakan dataran yang berada diketinggian 1100 m dari atas permukaan laut.Kebun Teh Pagar Alam yang dikenal dengan simbol Gunung Dempo adalah satu-satunya Unit Usaha di lingkungan PT Perkebunan Nusantara VII yang mengelola Budidaya Teh yang terletak di Kecamatan Pagar Alam Selatan. PT Perkebunan Nusantara VII telah mengalami tiga kali renovasi yang mana dalam renovasi tersebut dengan struktur dasar bangunan tetap seperti awal. Tanaman teh ini bias dikelola menjadi dua jenis, yaitu teh hijau dan teh hitam. Teh hitam banyak digunakan sebagai obat sedangkan teh hijau dikomsumsi sebagai minuman tanpa melupakan fungsinya sebagai obat.
4.2.3  Kopi
Definisi kopi tersebut adalah sebagai berikut:
1.       pohon yang banyak ditanam di Asia, Amerika Latin, dan Afrika, buahnya disangrai dan ditumbuk halus untuk dijadikan bahan campuran minuman; Coffea;
2.       buah (biji) kopi;
3.       serbuk kopi;
4.       minuman yang bahannya serbuk kopi.
Biji kopi di peroleh dari sumber botani (tanamannya) Coffee sp. Kopi merupakan jenis tanaman perkebunan yang digolongkan dalam kelompok penyegar,seperti halnya pada teh, cengkeh, dan tembakau. Bahan penyegar merupakan bahan yang banyak mengandung alkaloid kafein yang bersifat dapat memberikan pengaruh (stimulus) bagi yang mengkonsumsinya. Kopi merupakan bahan penyegar yang telah dikenal luas membudaya diberbagai pelosok masyarakat dunia. Di Indonesia kopi sebagai bahan penyegar dapat dikategorikan atas asal varietas (arabica, robusta dan liberica) dan cara pengolahannya (diolah kering, diolah basah, dan diolah semi basah) (Didu, 2000). Menurut Didu (2000), kopi merupakan salah satu jenis tanaman perkebunan daerah tropis yang dapat diolah menjadi minuman kopi. Pengolahan buah kopi menjadi biji kopi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu cara basah dan cara kering. Mutu kopi yang dihasilkan dengan cara basah lebih baik dari pada pengolahan dengan cara kering. Namun kelemahan dari pengolahan kopi secara basah ada pada saat penghilangan lendir buah kopi. Karena adanya lendir dapat menghambat proses pengeringan. Biji kopi secara alamiah mengandung lebih dari lima ratus senyawa kimia, tetapi hanya dua senyawa yang membuat kopi memiliki aroma dan citarasa yang disukai masyarakat. Dua senyawa tersebut adalah kafein dan kafeol. Kafein dapat mempengaruhi rangsangan metabolisme tubuh dan kafeol yang dapat menghasilkan aroma yang khas pada kopi (Yulistiani dan Anisah, 2000).
Menurut Orthmer dan Orthmer (1965) dalam Yulistiani danAnisah (2000) menyatakan bahwa kafein dalan bentuk murni merupakan kristal putih berbentuk jarum atau benang sutera yang kusut panjang, mengkilap, berasa pahit dan beraroma wangi. Kafein zat yang dibutuhkan tubuh dalam jumlah tertentu, tetapi setiap orang memiliki tingkat kepekaan yang berbeda terhadap kafein. Kafein memiliki pengaruh positip dan negative bagi tibuh manusia. Kafein dapat meningkatkan sekresi asam lambung, memperbanyak produksi urin dan memperlebar  pembuluh darah serta meningkatkan kerja otot (Yupistiani dan Anisah, 2000).

4.2.4  Air Mineral
Proses Pengolahan Air Minum
Pengotor yang terdapat pada air pada umumnya terdiri dari:
a. Benda-benda besar dan kecil yang terapung
b. Pasir dan lumpur kasar
c. Lumpur halus berbentuk koloid
d. Organisme
e. Mikroorganisme patogen
f. Zat-zat kimia, dll.

Langkah-langkah pada pengolahan air secara sederhana:
i.        Proses pendahuluan
Proses pendahuluan dimaksudkan untuk mengeluarkan benda-benda kasar dan mengendapkan lumpur kasar atau pasir pada bak pengendap pendahuluan.

ii. Proses koagulasi dan flokulasi
Proses koagulasi dimaksudkan untuk mengendapkan lumpur halus berupa koloid dan zat-zat kimia yang terdapat pada air. Lumpur halus berupa koloid yang bermuatan negatif akan sukar untuk mengendap meskipun dibiarkan beberapa waktu lamanya. Cara untuk mengendapkan lumpur halus ialah secara kimia yaitu mula-mula menetralkan muatan negatifnya dengan ion-ion yang bermuatan positif, misalnya Al3+, Fe3+, Fe2+, dsb.

iii. Proses pengendapan
Lumpur yang telah netral (dengan cara pengocokan) dengan zat pemberat diusahakan agar menjadi blok-blok yang besar dan mudah mengendap. Pada peristiwa ini, zat-zat kimia yang terdapat pada air akan terendapkan juga.

iv. Proses penyaringan
Lumpur halus dan zat-zat kimia yang ada pada air setelah mengendap selanjutnya disaring menggunakan pasir sehingga didapat air yang jernih.

v. Proses sterilisasi
Air yang jernih didesinfekter, maksudnya untuk membasmi mikroorganisme dan bakteri-bakteri yang ada pada air agar air itu steril. Air dibiarkan pada bak penampung kira-kira 24 jam agar sterilisasi terjadi dengan sempurna. Selanjutnya, air didistribusikan ke konsumen
V.    KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
            Kesimpulan yang didapat dari kunjungan yang telah dilakukan adalah
1.      Proses pemetikan akan mempengaruhi kualitas the yang didapatkan baik itu secara manual ataupun menggunakan alat mesin.
2.      Pemetikan teh dengan menggunakan mesin meningkatkan efektifitas dan efisiensi namun mutu teh yang dihasilkan menurun.
3.      Penyangraian kopi dilakukan untuk menghasilkan aroma, warna dan rasa dari kopi.
4.      Penggilingan kopi dilakukan sebanyak 3 kali yaitu menghasilkan kopi kasar, kopi agak kasar dan kopi halus.
5.      Pengemasan dilakukan agar kualitas kopi bubuk dan teh yang dihasilkan dapat dipertahankan dan memiliki tampilan menarik dan praktis serta memeliki nilai jual tersendiri.
6.      Proses sterilisasi diperlukan karena untuk memmbunuh bakteri yang terdapat dalam air tersebut.

4.2 Saran
Hendaknya praktikan dan asisten menggunakan waktu yang seoptimal mungkin agar kunjungan ke tempat-tempat tersebut dapat sesuai dengan rencana awal dan memberikan kesan yang semaksimal mungkin untuk ke depannya .


DAFTAR PUSTAKA
Danarti. 1989.Budidaya Kopi dan Penanganan Lepas Panen. Jakarta. Penebar Swadaya .

Departemen Pertanian Sumatera Selatan. 1986. Budidaya Tanaman Kopi. Dinas Perkebunan. Sumatera Selatan.

Didu, M. S. 2001. Penentuan Waktu Panen dan Kondisi Fermentasi KopiBerdasarkan Aktifitas Enzum pada Lendir Buah Kopi (Coffee sp). Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. 12(1):1-5.

Muljana, W. 1982. Bercocok Tanam Kopi Anaka Ilmu : Semarang. 

Najiyati,S, Danarti. 1989. Kopi Budidaya Dan Penangan Pasca Panen. PS. SeriPertanian : Jakarta.

Reksohadiprojo, S. 1986. Manajemen Pengolahan Pada Perusahaan Perkebunan. BPFE: Yogyakarta.

Sadjad, S. 1985. Empat Belas Tanaman Perkebunan Untuk Agro-Industri. PN. BalaiPustaka : Jakarta

No comments:

Post a Comment

silahkan berkomentar dengan bijak dan sesai dengan topik pembahasan